Pekanbaru Indopos Update.com Warisan Melayu Riau kembali hadir gelar Diskusi dan Bincang Budaya dengan tema Peran Komunitas & Masyarakat Dalam Merawat Budaya, Ahad (16/03/2025). Kegiatan ini sebagai bentuk pemantik generasi muda dalam memahami dan ikut serta menjaga lagi merawat Budaya lokal.
Dengan Pemakalah yang ahli dalam bidangnya, kegiatan ini dipandu oleh Deni Afriadi, S.Pd., M.Sn, Taufiq Y Pratama, S.Pd., M.Sn dan Drs. Muntasir selaku Budayawan Riau. Kegiatan ini diawali dengan Buka Bersama serta ditutup dengan diskusi.
Diskusi diikuti oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning Riau, mahasiswa Universitas Islam Riau serta ada juga beberapa peserta dari Umum.
Dibuka oleh Pemakalah pertama, Drs. Muntasir menyampaikan sebagai orang pribumi harus sadar melihat dan mengetahui serta menjaga akan warisan-warisan budaya yang ada di daerah.
“Jika kita sadar akan kekayaan budaya yang kita miliki, saya rasa hanya dengan cara itu menjadikan generasi muda peduli serta mampu menjaga akan keberadaannya. Kebudayaan itu dinamis, maka dari itu harus tetap dipertahanakan secara kontinu.” Ujarnya
Diskusi berlangsung secara khidmat. Deni mengatakan ia hanya sebagai pemantik dalam memberikan percikan-percikan agar bisa memberikan kehangatan akan ingatan-ingatan lama akan kebudayaan yang sudah dilakukan dan apakah benar yang telah kita lakukan.
“Kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki Asas jati diri yang luar biasa kaya jangan sampai hilang dan cenderung mengikuti negara-negara barat. Tetapi akhir-akhir ini banyak kita temukan orang-orang secara latar belakang kehidupannya sangat pintar tapi banyak yang tidak beradab.” katanya
Diskusi semakin hangat dengan adanya beberapa pertanyaan dari audiens. Sirkap menanyakan perihal apa sih tradisi yang dimiliki Kota Pekanbaru ini, karena selama ini ia hanya mendengar tradisi-tradisi yang berasal dari kabupaten luar dari Pekanbaru saja.
Taufiq menjelaskan dengan data yang ia dapatkan pada tahun 2013, Pekanbaru ada 1 (satu) tari tradisi yang berasal dari Desa Wisata Okura yang pernah ia angkat ke permukaan, tapi dengan segala keterbatasan, tradisi itu jadi redup kembali dan hingga saat ini tidak berkembang.
“Saya pernah meneliti selama lebih kurang satu bulan di Desa Okura, tradisi yang ada disana tu Deo-Deo Kayangan. Saya angkat tradisi tersebut ke publik, hanya saja dengan keterbatasan yang saya miliki maka tradisi itu hanya bisa ditampilkan sekali, tetapi syukur tradisi ini sudah saya tulis dalam penelitian saya.” Cakapnya
Dengan berlangsungnya kegiatan ini harapan Warisan Melayu Riau mampu meningkatkan kapasitas komunitas-komunitas yang ada di Pekanbaru untuk menjaga dan merawat kebudayaan yang ada di daerahnya masing-masing serta mampu memberikan ide-ide baru untuk kemajuan kesenian dan kebudayaan di Riau.(Ghadafi)