Dodol, salahsatu makanan juara sejak kita kecil bahkan sebelum kita lahir makanan yang namanya Dodol sudah ada, dodol sudah dikenal hampir di setiap daerah di Nusantara, dan akan terasa lain suasananya jika sebuah perhelatan tersaji penganan yang bernama dodol.
Dodol yang akan kita bahas kali ini yakni dodol khas daerah Rangdu, sebuah desa di pojok kabupaten Subang Pantura berbatasan dengan kabupaten Indramayu. Penganan unik ini berbahan beras ketan. Beras ketan diolah menjadi tepung dibuat adonan dengan santan parutan kelapa, dibubuhi gula batu, gula pasir, susu coklat, diaduk hingga merata lalu dimasukkan ke 'Kenceng', katel tembaga besar berdiameter sekitar 1 meter di atas kompor gas, zaman dahulu memakai kayu bakar dalam tungku — gerabah terbuat dari tanah, paparnya. ( 17/2-2025)
Kemudian, cairan adonan bahan dodol tadi siap dimasukn ke atas katel lalu diaduk dengan 'Kocek' kayu pengaduk serupa dayung perahu dengan ujungnya pipih sebesar telapak tangan orang dewasa terbuat dari tembaga. Dengan perlahan cairan adonan diaduk tanpa henti mencapai sejam bahkan lebih, hingga mengental, ini dikerjakan oleh hanya dua orang — dahulu dikerjakan secara keroyokan saat menjelang hajatan.
Sudah menjadi kebiasaan di desa Rangdu, selain Cigugur, Cilandak, Kedungdawa dan beberapa daerah Subang Pantura dan Indramayu melulu menyertakan penganan dodol di setiap perhelatan, hajatan nikahan, sunatan, kenduri (selamatan kematian, "Mendak" setahun, dua tahun dan tiga tahun). Konon, "Agar si almarhum cepat 'lebur', lalu disimbolkan dengan dodol," kata ibu Evi yang selalu membantu ibunya membuat penganan dodol. "Dodol itu wajib adanya," Imbuhnya.
Ini sebuah tradisi yang terkesan remeh temeh tetapi keberadaan dodol sangat dinanti, ada semacam percik kebahagiaan manakala dodol ada pada sebuah perhelatan atawa selamatan.
Di Rangdu sendiri senyatanya membuat dodol sebelum gelar acara di satu keluarga, sudah mulai jarang dikerjakan mayoritas warga kampung, mereka lebih memilih memesan pada si pembuat dodol, jauh hari menjelang acara.
Dodol juga ada variannya, diantaranya dodol biasa (original), dodol dengan taburan wijen, dodol dengan campuran gula merah (gula aren, gula Majenang), dodol nangka, dan selera penikmat akan menemukan rasa sesuai varian yang dibuat. Warnanya ada kuning, coklat, coklat pekat, dan tentu legit ketika digigit dan manis, bahkan manisnya kadang berlebihan.
Inilah satu diantara ribuan kearifan lokal di tanah air yang amat beragam, dan penganan dodol akan tetap ada di suatu daerah ketika pendukungnya masih meyakini makna keberadaannya, tidak kaget (shock culter) dengan serbuan makanan yang serba modern terlebih barat dan orientalis. (Arepi)